Bab Ii Kajian Pustaka, Konsep, Landasan Teori Dan Model Penelitian - Unud

Transcription

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DANMODEL PENELITIANSecara umum, bagian ini terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalahkajian pustaka, yang di dalamnya mengulas beberapa hasil pemikiran ilmiah yangpernah ditulis dan penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai terjemahandan penerjemahan serta kajian yang berkaitan dengan kalimat bermarkah sertastruktur tematisasi. Bagian kedua menguraikan konsep dasar yang meliputipengertian tentang penerjemahan, pergeseran penerjemahan, penyimpanganpenerjemahan, kalimat bermarkah, maupun struktur tematisasi. Bagian ketigamembahas landasan teori yang digunakan yaitu, pergeseran penerjemahan,penyimpangan penerjemahan, dan teori sistemik fungsional linguistik.2.1 Kajian PustakaKajian pustaka ini memiliki beberapa kontribusi untuk penelitian yang akandilakukan, seperti memperkaya kerangka pemikiran penelitian, peningkatanmetodologi penelitian dan juga yang memiliki relevansi terhadap kemajuanpenelitian-penelitian alih bahasa sebelumnya.Davidson (1984) dalam tulisannya yang berjudul “Syntactic Markednessand the Definition of Sentence Topic”menjelaskan dua hal yang relevan, yaknipemarkahan sintaksis dan topik kalimat. Berkenaan dengan pemarkahan sintaksis,dikemukakan gagasan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang bermarkah16

dan mempunyai padanan makna pada struktur aktif yang tidak bermarkah, seperti pada kalimatberikut.A tiger chased a tourist (aktif).‘Seekor harimau mengejar seorang wisatawan’A tourist was chased by a tiger (pasif).‘Seorang wisatawan dikejar oleh seekor harimau’Davidson menganalisis kalimat bermarkah dan memfokuskan pada kalimat pasif sebagaibentuk kebermarkahan struktur. Dalam tulisannya juga dijelaskan bahwa topik kalimat adalahsuatu konstituen linguistik pada property sintaksis dan semantik untuk menghubungkan fungsidalam proses menghubungkan suatu kalimat dengan konteks wacana. Sebaiknya, dalam kajian inikalimat pasif merupakan salah satu tipe dan struktur kalimat bermarkah yang dianalisis.Jacobs (1993) dalam pemaparannya pada “English Syntax” menyampaikan satu topik yangrelevan dengan penelitian ini yakni struktur informasi. Dalam struktur informasi ini ada duasubtopik yang sangat relevan dan bisa membantu penelitian kalimat bermarkah dalam bahasaInggris ini, yakni topic comment dan initial position and passive clause. Dari kedua kalimat ini,sebenarnya kajiannya adalah tentang bagian dari kalimat bermarkah hanya Jacob menyebutkannyadengan istilah yang lain.1) Topic commentContoh:Drunk drivers, we ought to rid the state of them.‘Pengemudi-pengemudi mabuk, kita seharusnya mengisarkan mereka’Pada dua klausa di atas adanya topik sebagai pemarkah dalam dua klausa itu karenakeberadaannya mendahului klausa inti. Di sini topik merupakan informasi lama dari suatu tuturan.17

2) Initial position and passive clauseContoh:The crown was stolen (by the twelve years old girl).‘Mahkota itu dicuri (oleh gadis yang berumur dua belas tahun)Kalimat pasif adalah suatu kalimat yang mempunyai struktur initial position, yakni pemindahanobjek dalam struktur aktif menjadi subjek dalam struktur pasif. Dalam struktur pasif jugaditemukan suatu pemarkahan kalimat yaitu verbanya sebagai pemarkah seperti klausa di atas.Jacob mengamati kalimat pasif sebagai bentuk yang bermarkah dan menjelaskan topic-comment.Namun, dalam penelitian ini peneliti mengamati seluruh tipe dan struktur konstituen sertainformasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris serta bagaimana kalimattersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.Noverti (2008) dalam tesisnya Skewing between Direct and Indirect Sentences in PanAngklung Gadang and Its Translation into English juga berfokus pada penelitian tentangskewing/penyimpangan. Penyimpangan yang didiskusikan dalam tesis ini adalah penyimpanganantara kalimat langsung dan kalimat tak langsung yang terdapat dalam cerita tradisional rakyatBali yang berjudul Pan Angklung Gadang dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Tujuan tesisini adalah untuk mengetahui terjemahan kalimat langsung diterjemahkan sedemikian rupa. Selainitu, tesis ini juga bertujuan untuk menganalisis sejauh mana perubahan bentuk tersebutmemengaruhi penghilangan dan penambahan informasi yang terdapat dalam terjemahan.Setelah menganalisis data ditemukan bahwa terdapat tiga jenis penyimpangan antarakalimat langsung dan kalimat tidak langsung yang ditemukan dalam cerita rakyat Bali PanAngklung Gadang dan terjemahannya dalam bahasa Inggris, yaitu kalimat langsung deklaratifditerjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif, kalimat langsung imperatif18

diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif, dan kalimat langsung interogatifditerjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif. Pada kalimat langsung deklaratifditerjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif, ditemukan bahwa terdapat makna keduadalam kalimat deklaratif, yaitu untuk menyatakan permintaan, perintah dan saran. Sementara itu,pada kalimat langsung imperatif diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif,ditemukan bahwa terdapat penyimpangan pada terjemahannya, yakni kalimat deklaratif digunakanuntuk meminta sesuatu. Pada kalimat langsung interogatif diterjemahkan ke dalam kalimat tidaklangsung deklaratif, ditemukan bahwa terdapat penyimpangan pada terjemahannya, yakni kalimatdeklaratif digunakan untuk menanyakan informasi.Kalimat langsung yang terdapat pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi kalimattidak langsung pada teks bahasa sasaran dengan tujuan untuk menghindari keharusanmenerjemahkan penggunaan bahasa yang bertingkat-tingkat, karena konteks dan makna yangterkandung pada ujaran harus diterjemahkan jika ujaran yang terdapat pada teks bahasa sasaran.Namun, jika ujaran pada teks bahasa sumber diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung padateks bahasa sasaran, konteks yang terkandung pada ujaran tidak terlalu diperhatikan dan hanyamakna yang diterjemahkan ke bahasa sasaran, karena bentuk kalimat tidak langsung tidaktergantung pada konteks. Oleh karena penggunaan bahasa yang bertingkat-tingkat tidak terlaludiperhatikan pada terjemahan bahasa Inggris, terjadi penghilangan informasi konteks sosial ketikamenerjemahkan ujaran dalam bahasa sumber ke dalam kalimat tidak langsung dalam bahasasasaran, seperti penghilangan informasi status sosial dan hubungan keakraban pada teks bahasasasaran.Penelitian di atas berfokus pada bagaimana kalimat langsung diterjemahkan ke dalam teksbahasa sasaran dan mengapa diterjemahkan seperti itu, dan seberapa jauh perubahan bentuk19

memengaruhi penambahan dan pengurangan informasi. Penelitian di atas juga menjadi pijakandalam penelitian ini, tetapi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalahcakupannya yang lebih mendalam. Dalam hal ini penelitian melibatkan berbagai unsur linguistik,tidak hanya semantik, tetapi juga sintaksis.Swandana (2011) dalam tesisnya berjudul Kalimat Bermarkah dalam Bahasa Inggris padaNovel Desecration membahas kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris yang merupakan suatukajian yang berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya, struktur informasisuatu kalimat menyangkut dua hal, yakni struktur informasi kalimat bermarkah dan strukturinformasi kalimat yang tidak bermarkah. Kalimat bermarkah dan tidak bermarkah biasanyamembawakan informasi yang sama. Namun, kedua kalimat ini mempunyai struktur sintaksis yangberbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan bentuk asal atau kanonik yang mempunyai strukturyang lebih sederhana. Sebaliknya, kalimat bermarkah merupakan bentuk turunan atau nonkanonikyang mempunyai struktur sintaksis yang lebih rumit dan kompleks. Tesis ini mendeskripsikan danmenganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novelDescration. Di samping itu, tesis ini juga mendeskripsikan dan menganalisis informasi yangditonjolkan oleh kalimat bermarkah bahasa Inggris pada novel tersebut.Penelitian ini mempunyai kemiripan dengan penelitian di atas dalam hal orientasi padatopik penelitian di bidang struktur kalimat, khususnya kalimat bermarkah, namun, yangmembedakan adalah adanya pemadanan struktur kalimat bermarkah bahasa Inggris ke dalambahasa Indonesia.Damayanti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Theme Equivalence and Theme ShiftFound in Indonesian-English Translation of Thesis Abstracts dalam Jurnal Language CircleJournal of Language and Literature, melakukan kajian tentang tema-rema dan terjemahan.20

Penelitian ini mengkaji tipe-tipe tema-rema, kesepadanan tema, dan pergeseran tema dalampenerjemahan abstrak tesis dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Sumber data daripenelitian ini berupa sepuluh abstrak tesis program Pascasarjana Universitas Negeri Semarangtahun 2010-2011 dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif kualitatif. Unit analisis penelitian ini berupa klausa, setiap klausa yang ditemukandiamati dan dianalisis berdasarkan kesepadanan tema dan pergeseran tema. Aplikasi teoriLinguistik Fungsional Sistemik digunakan dalam kajian tematisasi. Berdasarkan hasil analisis,tema topikal merupakan tema yang dominan ditemukan pada sepuluh teks abstrak, yaitu 198 tematopikal (80,16%) pada teks sumber dan 222 (79,56%) dalam teks sasaran. Tema topikal didominasioleh partisipan. Tema yang ditemukan didominasi oleh tema yang tidak mengalami pergeserandan mencapai kesepadanan (70,2%). Namun, tetap ditemukan pergeseran tema, pergeseran tematersebut terjadi melalui tiga proses yang berbeda, yaitu (1) perubahan fungsi gramatikal melaluitematisasi (11,7%), (2) penambahan tema (14,7%) dan (3) penghapusan tema (3,4%). Penelitianini menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam mengenai struktur gramatikal bahasa sumberdan bahasa sasaran serta pemahaman tentang pergeseran dan kesepadanan terjemahan.Penelitian Damayanti (2012) memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu penelitiantentang tema-rema dalam terjemahan, yang membedakannya, penelitian ini adalah sumber datayang digunakan, dan penelitian ini berfokus pada kajian terjemahan kalimat bermarkah.Dewi Yulianti (2016) dalam disertasi yang berjudul Aspek Stilistika dalam Teks SrimadBhagavatam: Kajian Terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia juga memberikankontribusi pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian terjemahan deskriptif yangberfokus pada tipe-tipe majas sebagai aspek stilistika pada Srimad Bhagavatam dan terjemahannyadalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bertolak dari paradigma penerjemahan Srimad Bhagavatam21

sebagai produk terjemahan dan menggunakan tema teks dalam menganalisis majas yang terdapatdalam bahasa sumber dan terjemahannya dalam bahasa sasaran. Memahami tema yang terdapat didalam teks akan membantu pemahaman majas yang digunakan dalam teks karena penggunaanmajas dipengaruhi oleh tema teks tersebut. Penelitian ini juga berfokus pada kemasan gramatikaldari kalimat-kalimat yang mengandung majas melalui analisis metafungsi bahasa, yaitumetafungsi tekstual, ideasional dan metafungsi interpersonal. Dalam hal metafungsi tekstual,kalimat bermajas dianalisis berdasarkan tema-rema, metafungsi ideasional menganalisis kalimatbermajas berdasarkan proses, partisipan dan sirkumstansi, dan metafungsi interpersonalmenganalisis kalimat dari modus kalimat tersebut. Hasil analisis menunjukkan tiga belas jenismajas, dan majas sinisme yang paling banyak digunakan dalam teks. Kemasan gramatikal kalimatyang mengandung majas dianalisis berdasarkan teori metafungsi bahasa, khususnya transitivitasyang digagas oleh Halliday menunjukkan bahwa proses relasional mendominasi teks yang dikaji.Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi penerjemahan majas yang paling banyak diterapkanadalah mengganti majas BS dengan majas BT. Ideology yang dianut penerjemah adalahdomestikasi dengan menerapkan metode literal translation, adaption, free translation, dancommunicative translation. Dalam hal transitivitas terdapat 48 proses relasional, 41 prosesmaterial, 11 proses mental, 2 proses eksistensial dan 1 proses verbal.Disertasi Dewi Yulianti (2016) memberikan kontribusi pada penelitian ini khususnya padakajian terjemahan dan metafungsi tekstual mengenai keterkaitan antara kajian terjemahan dantematisasi. Hal yang membedakan adalah penelitian ini hanya berfokus pada metafungsi tekstualdan yang menjadi fokus analisis adalah kemasan gramatikal kalimat bermarkah.22

2.2 KonsepKonsep pada penelitian ini mencakup terminologi teknis yang merupakan komponenkomponen dari landasan teori pada penelitian penerjemahan kalimat bermarkah bahasa Inggris ini.Terminologi-terminologi teknis yang dimaksud terdiri atas penerjemahan, skewing, danpergeseran dalam penerjemahan, kalimat bermarkah, dan struktur informasi akan diuraikansebagai berikut:2.2.1 PenerjemahanNida (1994) menyatakan bahwa proses penerjemahan terdiri atas (1) perencanaan, (2)pengujian, dan (3) pendistribusian ditambah dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan secaralangsung oleh penerjemah, yaitu (1) tahap analisis makna teks Bahasa Sumber, (2) tahappengalihan makna/ pesan Bahasa Sumber – Bahasa Target, dan (3) tahap restrukturisasi dalamBahasa Target, sehingga tercapainya kesepadanan alamiah yang paling mendekati.Ditinjau dari tahapannya proses penerjemahan tampak sederhana. Jika dikaji dengansaksama, proses penerjemahan sangat rumit dan panjang. Penerjemah memahami teks BahasaSumber, kemudian melakukan analisis sintaksis untuk menginvestigasi bagian-bagian klausa.Setelah dilakukan analisis struktur sintaksis, kemudian dilanjutkan dengan analisis leksikal untukmenentukan makna dan pesan yang terkandung pada klausa tersebut. Pesan tersebut tidak bisadipisahkan dari teks dan konteksnya sehingga dilakukan penyesuaian struktur gramatikal danstilistika Bahasa Target sebelum dituangkan dalam produk penerjemahannya.Machali (2000:5) menyarikan apa yang disampaikan Catford (1965:20) tentangpenerjemahan, yaitu the replacement of textual material in one language dan pernyataan yangdisampaikan oleh Newmark (1988) rendering the meaning of a text menjadi penerjemahan adalahupaya “mengganti” teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa target yang23

diterjemahkan adalah makna yang terkandung dalam pesan sebagaimana yang dimaksudkanpenulis. Kenyataannya tidak mudah mengganti struktur Bahasa Sumber ke dalam Bahasa Target,sehingga pergeseran ataupun skewing dalam penerjemahan tidak dapat dihindari untuk mencapaikesepadanan.Berdasarkan uraian di atas penerjemahan dilihat dari segi linguistik dapat disimpulkansecara sederhana sebagai pengalihbahasaan pesan, naskah, buah pikiran, ide, baik yang berbentuklisan maupun tulisan, dengan ekuivalensi yang semirip mungkin dan seoptimal mungkin. Jika tidakada penyimpangan antara struktur semantik dan bentuk gramatikal, daya ilokusi akan sama sepertimodus gramatikal kalimat itu. Pertanyaan diungkapkan dengan kalimat tanya, pernyataan dengankalimat pernyataan, dan perintah dengan kalimat perintah.2.2.2 KalimatAlwi, (2003:311) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujudlisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan kalimat dimulaidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca, seperti tanda titik, tanda baca, tanda seru,sesuai dengan jenis kalimatnya. Kalimat merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana baruakan terbentuk jika ada dua kalimat atau lebih, letaknya berurutan sesuai dengan kaidahkewacanaan. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Alwi, Downing dan Locke (2006)menyatakan bahwa kalimat secara gramatikal merupakan unit tertinggi yang terdiri atas satu klausaindependen atau dua klausa atau lebih, klausa yang saling terkait. Unit ini dimulai dengan hurufkapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru. Definisi kalimat selanjutnyadisampaikan oleh Kroeger (2004:5), menurut Kroeger, kalimat tidak sesederhana seperti rangkaiankata yang satu dengan kata-kata lainnya. Dalam sebuah kalimat dibutuhkan pemikiran lebih lanjuttentang makna-makna yang terkandung di dalam kalimat tersebut.24

2.2.3 Kalimat Tidak BermarkahKalimat tidak bermarkah dikenal dengan istilah kalimat kanonik. Kalimat tidak bermarkahini adalah suatu kalimat deklaratif yang positif. Kalimat deklaratif secara sintaksis adalah suatukalimat yang subjeknya selalu hadir dan biasanya posisinya mendahului verba (Quirk, 1985:803).Perlu ditegaskan bahwa tidak semua kalimat deklaratif positif dapat dianggap sebagaikalimat kanonik atau tidak bermarkah. Hal ini terjadi karena di dalam kalimat deklaratif positif itumasih dimungkinkan adanya pola urutan fungsi atau konstituen yang bermarkah. Kalimat tidakbermarkah adalah suatu kalimat deklaratif positif dengan pola unsur inti (1) S-V, (2) S-V-C, (3)S-V-A, (4) S-V-O, (5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-Od-Oi.2.2.4 Kalimat BermarkahPengemasan informasi dapat dilihat dari tipe atau pola kalimat yang digunakan. Pola urutankonstituen dalam kalimat dapat dibedakan menjadi dua tipe struktur, yaitu struktur tidakbermarkah dan struktur bermarkah. Kebermarkahan merupakan konsep yang bermanfaat dalammempelajari bahasa secara utuh (Bloor dan Bloor (1995). Kebermarkahan sintaksis berfokus padapola urutan kata yang merupakan hal yang sangat penting dalam penerjemahan karena memilikiperanan penting dalam mempertahankan koherensi dan orientasi pesan pada level wacana (Baker,1992). Pengguna bahasa secara intuitif mengetahui pola urutan kata yang umumnya digunakandalam membentuk klausa. Pola urutan kata ini dikenal sebagai pola urutan kata yang tidakbermarkah. Sedangkan pola urutan kata yang bermarkah dihasilkan dengan menempatkan elemenklausa pada posisi yang berbeda dari pola urutan yang lazim atau umum digunakan (tidakbermarkah) dengan tujuan mencapai kohesi, menekankan informasi, dan lain-lain. Fitur-fiturgramatikal dengan pola urutan tertentu dapat menghasilkan kebermarkahan. Struktur ini dapat25

dibandingkan secara lintas bahasa melalui analisis hasil terjemahan kalimat bermarkah ke dalambahasa Indonesia.Kalimat bermarkah adalah kalimat yang mengandung pemarkah yang berupa penyisipan,pelesapan, atau perubahan pola urutan frasa atau klausa. Kalimat bermarkah dikenal dengan istilahkalimat nonkanonik. Pertama, yang termasuk di dalam kalimat bermarkah itu adalah kalimatdeklaratif dengan pola di luar pola kalimat tidak bermarkah. Menurut Huddleston dan Pullum(2005), kalimat bermarkah bahasa Inggris pada kalimat deklaratif positif terdiri atas kalimat pasif,kalimat ekstraposisi, kalimat eksistensial, kalimat it-cleft, kalimat pseudo-cleft, kalimat preposing,kalimat postposing, kalimat inversi dan kalimat reduksi. Kalimat-kalimat lain yang digolongkanke dalam kalimat bermarkah adalah Kalimat deklaratif negatif, kalimat introgatif, kalimatimperatif, dan kalimat esklamatori.2.3 Landasan TeoriYang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penerjemahan. Objek yang dikaji adalahkalimat bermarkah bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penerjemahansudah tentu melibatkan pemadanan dua bahasa oleh karena itu teori yang digunakan adalah TeoriKesepadanan oleh Baker 91992), Teori Pergeseran Penerjemahan oleh (Catford, 1965), serta TeoriSkewing (penyimpangan penerjemahan) oleh Larson (1998). Kalimat dari sudut pandangkebermarkahan dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat bermarkah dan tidak bermarkah. Kalimatbermarkah memiliki hubungan yang erat dengan kandungan informasi yang ada di dalam kalimat,perbedaan struktur kalimat bermarkah bahasa Inggris dengan struktur kalimat di dalam bahasaIndonesia menimbulkan terjadinya pergeseran dalam upaya pemadanan kalimat tersebut, olehkarena itu pemadanan kalimat bermarkah ini akan dibahas dengan menggunakan teori Pergeseranmenurut Catford (1965). Struktur tematisasi yang terdapat di dalam kalimat bermarkah dan26

terjemahannya dianalisis dengan menggunakan Teori Functional Grammar menurut Halliday(1985).2.3.1 Hakikat PenerjemahanKomunikasi antarbahasa memiliki keterkaitan dengan penerjemahan, khususnya dalam halpenerjemahan (translation), menerjemahkan (translating), dan terjemahan (a translation).Penerjemahan merupakan aktivitas yang berkaitan dengan proses kognitif, suatu proses yangterjadi dalam otak penerjemah. Menerjemahkan juga merupakan proses yang dapat diamati olehindividu lain. Proses seperti ini ditunjukkan melalui perilaku penerjemahan seperti membukakamus, menulis, membaca, dan lain sebagainya.Terjemahan merupakan hasil dari suatu proses menerjemahkan. Oleh karena itu, dalammelakukan penelitian penerjemahan dapat dipandang dari dua sisi, yaitu penerjemahan sebagaisebuah produk ketika seorang peneliti dihadapkan pada karya terjemahan yang dihasilkan olehpenerjemah dan penerjemahan sebagai proses jika peneliti dihadapkan pada proses bagaimanasuatu teks diterjemahkan (Nababan, 1999). Sejalan dengan yang disampaikan oleh Nababan(Hatim dan Mason, 1990) juga menyampaikan bahwa penerjemahan dipandang sebagai sebuahproduk. Sebagai sebuah produk, terjemahan dapat dikaji sebagai sebuah hasil dari praktikmenerjemahkan teks dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa). Oleh karena itu, dalampenelitiannya peneliti telah memperoleh data berupa karya terjemahan untuk diteliti dari berbagaiaspek. Selain sebagai produk, penelitian penerjemahan juga memandang penerjemahan sebagaisuatu proses. Ketika penerjemahan dipandang sebagai sebuah proses, maka peneliti akanmelakukan penelitian yang berkaitan dengan alur menerjemahkan yang dilakukan seorangpenerjemah sampai akhirnya menghasilkan produk terjemahan.27

Penelitian disertasi ini termasuk dalam kategori penelitian penerjemahan sebagai sebuahproduk karena yang menjadi objek penelitian adalah buku The Intelligent Investor danterjemahannya dalam bahasa Indonesia khususnya kalimat bermarkah deklaratif positif bahasaInggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Data yang sudah tersaji dalam buku inilah yangmenjadi data primer penelitian ini.Dalam kegiatan penerjemahan, penerjemah dihadapkan pada dua teks yang secaralinguistik dan kultural berbeda satu sama lain. Karena perbedaan ini, maka penerjemahmemerlukan pendekatan penerjemahan dan strategi penerjemahan yang tepat agar dapat mengatasipersoalan yang timbul dalam mengalihkan pesan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.Pendekatan penerjemahan dan strategi penerjemahan sebagai bagian dari proses penerjemahanakan berpengaruh pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.Penerjemahan merupakan usaha mengalihkan amanat dari bahasa sumber dengan caramenemukan padanan pada bahasa sasaran dengan menggunakan bentuk gramatikal tertentu,seperti kata, frasa, kalimat maupun klausa. Padanan menurut Machali (2000) adalah suatu bentukdalam bahasa sasaran yang secara semantik sepadan dengan struktur dalam bahasa sumbernya.Kesepadanan dapat terjadi karena bahasa dan budaya bersifat universal. Kesepadanan merupakanisu penting dalam penerjemahan karena berkaitan dengan perbandingan antara teks dalam bahasayang berbeda.2.3.2 Pemadanan PenerjemahanPadanan dalam terjemahan merupakan kesejajaran pesan antara bahasa sasaran dan bahasasumbernya. Padanan merupakan masalah utama yang harus dicapai pada seluruh teks yangditerjemahkan, namun karena teks terdiri atas satuan-satuan lingual dan konteks sosial budayamaka penerjemah harus benar-benar memerhatikan padanan semua unsur tersebut. Oleh karena28

itu, ukuran kesepadanan terjemahan haruslah menyeluruh, yaitu dari sisi linguistik, pragmatik danfungsi teks yang diterjemahkan (Machali, 2000). Terkait dengan padanan pesan Bsu dan Bsatersebut, Nababan (2004) menjelaskan bahwa terdapat tiga alasan tidak dapat dicapainya padananyang sebenarnya, yaitu (1) tidak mungkin suatu pesan teks yang ditulis seseorang dapat ditangkapsecara menyeluruh oleh orang lain dan diungkapkan dalam Bsa, (2) karya terjemahan merupakaninterpretasi subjektif penerjemah terhadap teks sumber, dan (3) penerjemah tidak dapatmengetahui respons pembaca dalam bahasa sumber ketika teks tersebut pertama kalidipublikasikan. Karya terjemahan harus diusahakan oleh penerjemah mendekati pesan bahasaaslinya. Baker (1992) mengelompokkan padanan pada setiap tingkat satuan lingual. Padanan yangdimaksud adalah padanan tingkat kata, di atas kata, gramatikal, tekstual dan pragmatik. Pendapattentang padanan tersebut dipilih dalam penelitian ini karena pembahasannya lebih menyeluruh,yaitu dari satuan lingual terkecil sampai dengan yang paling tinggi, khususnya padanan tekstualyang memiliki keterkaitan dengan kandungan informasi yang terdapat dalam tema-rema padamasing-masing kalimat.Padanan Tataran KataKata merupakan satuan lingual terkecil yang mempunyai makna. Baker (1992)menyatakan unit terkecil yang mengandung makna. Kelas kata atau kategori kata dibagi menjadikelas kata utama dan kelas kata tugas/fungsional. Kategori kata utama dalam bahasa Inggris terdiriatas nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Adapun kelas kata tugas terdiri atas pronominal,konjungtor, preposisi, dan artikel. Kata dalam bahasa Inggris atau bahasa lain memiliki banyakmakna berdasarkan konteksnya, misalnya kata bahasa Inggris pick, memiliki makna ‘memetik,membuka, memihak, mencungkil, menusuk, membuka maupun membului’. Terkait denganpenetapan satuan lingual, berdasarkan pada apa yang disampaikan oleh Baker (1992) maka29

terdapat strategi penerjemahan yang dapat dilakukan, yaitu (1) menggunakan kata yang umum, (2)menggunakan kata yang netral, (3) menggantikan kata yang mempunyai pengaruh sama terhadappembaca BSu dan BSa, (4) cara meminjam kata tersebut dan menambahkan penjelas dalam bahasasasaran, (5) memparafrase dengan menggunakan kata yang masih berkaitan, (6) memparafrasedengan kata yang tidak berkaitan, (7) menghilangkan kata asli tanpa mengubah pesan secarakeseluruhan, dan (8) memberikan ilustrasi dan penjelasan yang mendalam.Padanan di atas Tataran KataPadanan di atas kata terkait dengan kegiatan penerjemahan yang menekankan pada tipepola leksikal, bentuk kolokasi, idiom dan pernyatan tertentu. Kolokasi adalah seluruh deret katadalam lingkungan yang sama, misalnya bank, cheque, account, interest dan pay. Dalammenghadapi bentuk bahasa semacam itu penerjemah sering mendapat kesulitan menemukanpadanan yang sesuai dalam bahasa sasaran namun collocation range dapat dirunut dari kata yangmembentuknya. Idiom merupakan ungkapan beku yang tidak mempunyai variasi bentuk danmaknanya tidak dapat dirunut dari unsur pembentuknya, misalnya killing the two birds with onestone yang dipadankan dengan idiom bahasa Indonesia; ‘sambil menyelam minum air’.Padanan GramatikalPadanan gramatikal menyangkut satuan lingual di atas kata yang berbentuk frasa, klausa,dan kalimat. Struktur frasa, klausa dan kalimat BSu berbeda dengan Bsa sehingga penerjemahperlu menetapkan padanan gramatikal bahasa-bahasa tersebut agar teks yang dihasilkannya dapatditerima pembaca dalam bahasa sasaran. Perbedaan kaidah gramatikal antara Bsu dan Bsa terfokuspada berbedanya waktu, angka, jenis kelamin, individu, tenses, aspek, bentuk dan voice (Baker1992). Misalnya kala dikenal dalam bahasa Inggris berkaitan dengan berubahnya bentuk verbaketika kata tersebut berfungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat dengan waktu yang berbeda-30

beda. Sedangkan, bahasa Indonesia tidak mengenal kala, sehingga tidak terjadi perubahan bentukverba sama sekali. Oleh karena itu, padanan gramatikal harus dicapai dengan menyesuaikanstruktur yang ada dalam bahasa tersebut. Penerjemah harus dicapai dengan menyesuaikan strukturyang ada dalam bahasa tersebut. Penerjemah tidak boleh terikat dengan struktur yang terdapatdalam Bsu tetapi harus menyusun kalimat Bsa yang wajar sehinga mudah dipahami oleh pembacatarget. Sebagai contoh, kalimat bahasa Inggris I broke my leg diterjemahkan menjadi kalimat ‘Kakisaya patah’ bukan ‘Saya mematahkan kaki saya’. Baker (1992) juga menegaskan bahwa tatabahasa merupakan seperangkat kaidah yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun satuanlingual kata menjadi frasa, frasa menjadi klausa, dan klausa menjadi kalimat dalam bahasa. Satuanlingual frasa, klausa dan kalimat tersebut termasuk dalam sistem gramatikal pada bidang sintaksisdan mempunyai pesan khusus sesuai dengan kaidah yang berlaku dan konteks sosial budayabahasa penggunanya.Frasa merupakan kelompok kata yang tidak bersifat predikatif. Urutan letak kata (wordorder) dalam frasa bahasa Inggris berbeda dengan bahasa Indonesia sehingga penerjemahseharusnya memahami perbedaan tersebut sehingga saat menerjemahkan satuan lingual frasa tidakmengalami kesulitan. Dalam menerjemahkan frasa, penerjemah harus mengetahui danmemulainya dari kata inti baru kemudian dilanjutkan pada pewatas kecuali terdapat pewatas yangmengandung keterangan kuantitas. Adanya perbedaan struktur frasa bahasa Inggris dan bahasaIndonesia menuntut penerjemah memahami keduanya agar kesulitan dalam menerjemahkan dapatdiatasi. Di samping frasa, struktur gramatikal juga melibatkan klausa dan kalimat. Struktur klausadan kalimat bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak selalu sama sehingga penerjemah diharapkanbanyak berlatih atau praktik penerjemahan teks yang terdiri atas klausa dan kalimat. Klausamerupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi.31

Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mempunyai dua jenis klausa, yaitu main clause dansubordinate clause. Main clause merupakan klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimatsempurna, sedangkan subordinate clause merupakan klausa yang tidak dapat berdiri sendiri.Pembagian jenis kalimat dalam bahasa Inggris memiliki perbedaan dengan jenis kalimatyang terdapat di dalam bahasa Indonesia, perbedaan istilah dan struktur antara bahasa Inggris danbahasa Indonesia juga membedakan pengertian, konsep dan jenis setiap kalimat pada masingmasing bahasa sehingga dalam terjemahan kalimat dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesiadapat terjadi perubahan pesan. Selain perubahan pesan, kandungan informasi yang terdapat didalam kalimat bahasa sumber seringkali tidak tersampaikan den

Dewi Yulianti (2016) dalam disertasi yang berjudul Aspek Stilistika dalam Teks Srimad Bhagavatam: Kajian Terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia juga memberikan kontribusi pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian terjemahan deskriptif yang