ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL . - Diponegoro University

Transcription

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINANTRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJAPEGAWAI DENGAN BUDAYA ORGANISASISEBAGAI VARIABEL INTERVENING(Studi pada Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Pekalongan)SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syaratuntuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)pada Program Sarjana Fakultas EkonomiUniversitas DiponegoroDisusun oleh :AHMAD SHOFIAN KHOIRUSMADINIM. C2A007009FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2011i

PERSETUJUAN SKRIPSINama Penyusun: Ahmad Shofian KhoirusmadiNomor Induk Mahasiswa: C2A007009Fakultas/Jurusan: Ekonomi/ManajemenJudul Skripsi: ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINANTRANSFORMASIONALTERHADAPKINERJA PEGAWAI DENGAN ELSekretariatDaerah Pemerintah Kota Pekalongan)Dosen Pembimbing: Ismi Darmastuti, SE., M.SiSemarang, 15 Juli 2011Dosen Pembimbing,(Ismi Darmastuti, SE., M.Si)NIP. 19750806 200003 2001ii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIANNama Penyusun: Ahmad Shofian KhoirusmadiNomor Induk Mahasiswa: C2A007009Fakultas/Jurusan: Ekonomi/ManajemenJudul Skripsi: ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINANTRANSFORMASIONALTERHADAPKINERJA PEGAWAI DENGAN ELSekretariatDaerah Pemerintah Kota Pekalongan)Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 28 Juli 2011Tim Penguji1. Ismi Darmastuti, SE., M.Si( .)2. Drs. Fuad Mas’ud, MIR( .)3. Drs. H. Mudji Rahardjo, SU( . .)iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSIYang bertanda tangan dibawah ini saya, Ahmad Shofian Khoirusmadi,menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh KepemimpinanTransformasional terhadap Kinerja Pegawai dengan Budaya Organisasisebagai Variabel Interventing (Studi pada Sekretariat Daerah PemerintahKota Pekalongan), adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakandengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atausebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau menirudalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan ataupendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagaitulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yangsaya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikanpengakuan penulis aslinya.Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebutdi atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsiyang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbuktibahwa saya melakukan tindakan menyalin, atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikanoleh universitas batal saya terima.Semarang, 15 Juli 2011Yang membuat pernyataan,(Ahmad Shofian Khoirusmadi)NIM: C2A007009iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, laludiperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkanbala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturutturut” (QS Al Anfaal: 9)Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamutelah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh(urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamuberharap. (QS Alam Nasyrah: 6-9)Skripsi ini kupersembahkan untuk:Bapak, MamaKakak dan Adikkuv

ABSTRAKKeberadaan sumber daya manusia dalam organisasi memegang perananyang sangat penting, termasuk dalam sektor publik. Pemerintah sekarang dituntutuntuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik mengingat buruknyapandangan masyarakat terhadap pemerintah di Indonesia. kepemimpinantransformasional sangat tepat diterapkan dalam setiap organisasi yang menuntutperubahan termasuk sektor publik. Banyak penelitian mencatat bahwakepemimpinan transformasional dapat mempengaruhi budaya organisasi sertakinerja pegawainya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruhkepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai di lingkungan birokrasimelalui budaya organisasi sebagai variabel intervening.Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan datayang diberikan kepada 87 responden yang tersebar di 9 bagian yang ada dalamsekretariat daerah Pemerintah Kota Pekalongan. Penelitian ini dilaksanakandengan menggunakan analisis regresi berganda, dan analisis jalur dengan bantuanSPSS 17.0.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain bahwa kepemimpinantransformasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap budayaorganisasi; budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadapkinerja pegawai;dan kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positifdan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan analisis jalur,kepemimpinan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kinerja pegawaimaupun tidak langsung melalui budaya organisasi sebagai intervening.Kata kunci:Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, KinerjaPegawai.vi

ABSTRACTThe existence of human resources in the organization plays a veryimportant role, including in the public sector. The government have to makechanges toward better considering society's bad view of government in Indonesia.transformational leadership is very appropriate to be applied in any organizationthat demands change, including the public sector. Many studies have noted thattransformational leadership can influence organizational culture and employeeperformance. This study aims to reexamine the influence of transformationalleadership on the performance of employees within the bureaucracy through theorganizational culture as an intervening variable.This study used a questionnaire as a method of data collection and wasgiven to 87 respondents in 9 sections in Sekretariat Daerah Pemerintah KotaPekalongan. The Data was analyzed by using multiple regression analysis andpath analysis with SPSS 17.0.The results obtained in this study include that transformational leadershiphas a positive and significant influence on the organizational culture,organizational culture has a positive and significant impact on employeeperformance, and transformational leadership has a positive and significant effecton the employee performance. Based on path analysis, leadership can directlyaffect the performance of employees or indirectly through organizational cultureas an intervening.Keywords: Transformational Leadership, Organizational Culture, EmployeePerformance.vii

KATA PENGANTARPuji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atasberkah dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi denganjudul “Analisis Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Pegawaidengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Intervening (Studi padaSekretariat Daerah Pemerintah Kota Pekalongan”. Yang merupakan salahsatu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) di Fakultas EkonomiUniversitas Diponegoro Semarang.Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas daribantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hatipada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepadapihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini khususnyakepada:1. Prof. Drs. H. Mohammad Nasir, M.Si, Ph.D, Akt Selaku Dekan FakultasEkonomi Universitas Diponegoro.2. Ismi Darmastuti, SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing atas waktu yang telahdiluangkan untuk memberikan arahan selama proses pembuatan skripsi ini.3. Dr. Suharnomo, SE., M.Si Selaku Dosen Wali.4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu luar biasa kepadapenulis selama menempuh pendidikan di FE Undip.5. Walikota Pekalongan, dr. H. M Basyir Ahmad yang telah memberikan izinuntuk dapat melakukan penelitian di lingkungan Pemkot Pekalongan.viii

6. Segenap pegawai Sekretariat Daerah Pemkot Pekalongan yang telah banyakmembantu penulis selama melakukan penelitian terutama Pak Darminto, PakWismo, dan Pak Achma.7. Bapak dan Mama, H. Sumadi Rahardjo dan Hj. Sugiatmi atas doa dandukungan yang luar biasa setiap saat.8. Kakak dan Adikku, Mas Dian Purnomo, Mas Nurman Rahmadi untukfinancial support-nya, Ichsan Ahmadi, dan Farhani Rusgiatmadi. AzkiaFuaidiyatin, tetap jadi yang terbaik buatku! Keluarga besar rumah kos IbuImam Prakoso, Mba Nur, Mba Neni, Mas Tito, Mba Keke, Dhita Kartikadjaja,Sandi Nusatria, dan Pak Nur. Ridwan Zia Kusumah, Ashari Satrio Muharram,dan Dimas Bagus Farizki atas sharing ilmu kepada penulis dalam prosespenyelesaian skripsi ini. Yudha Sabhanandita Sisworo dan Ridwan Zia, temanbaik dari awal kuliah. Hanif Shibghatalloh. Keluarga besar Lembaga PersMahasiswa EDENTS (LPM EDENTS), terutama Diaz Haryokusumo.Keluarga besar Manajemen Reguler I Angkatan 2007. Keluarga besar HumanDevelopment Management 2007.Semarang, 15 Juli 2011Ahmad Shofian Khoirusmadiix

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL . iPERSETUJUAN SKRIPSI . iiPENGESAHAN KELULUSAN UJIAN iiiORISINALITAS SKRIPSI . ivMOTTO PERSEMBAHAN vABSTRAK . . viABSTRACT . . . . . viiKATA PENGANTAR . . viiiDAFTAR TABEL . xiiDAFTAR GAMBAR . xiiiDAFTAR LAMPIRAN . xivBAB IPENDAHULUAN . . 11.1 Latar Belakang Masalah . . . 11.2 Rumusan Masalah . . . 131.3 Tujuan Penelitian . . . . 131.4 Kegunaan Penelitian . . 141.5 Sistematika Penulisan . . . . 15BAB IITINJAUAN PUSTAKA . . 172.1 Landasan Teori . 172.1.1. Kepemimpinan . 172.1.2. Budaya Organisasi . . . 242.1.3. Kinerja Pegawai . . 282.1.4. Manajemen Birokratis . 292.2 Penelitian Terdahulu . 312.3 Mekanisme Hubungan Antar Variabel . 352.4 Kerangka Pemikiran Teoritis . 392.5 Hipotesis . 39BAB III METODE PENELITIAN . . 413.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional . 413.1.1 Peran Kepemimpinan Transformasional . 413.1.2 Budaya Organisasi . 423.1.3 Kinerja Pegawai . . 433.2 Populasi dan Sampel . . 433.3 Jenis dan Sumber Data 463.4 Metode Pengumpulan Data 473.5 Metode Analisis Data . . 483.5.1 Analisis Kualitatif . . . 483.5.2 Uji Validitas . 493.5.2 Uji Reliabilitas . . 493.5.3 Uji Asumsi Klasik . 503.5.4 Uji Hipotesis . 523.5.5 Uji Pengaruh Mediasi 54BAB IV PEMBAHASAN . 56x

4.1 Gambaran Umum .4.1.1 Sejarah Pemerintah Kota Pekalongan . .4.1.2 Profil Kota Pekalongan . .4.1.3 Gambar dan Arti Lambang Kota Pekalongan.4.1.4 Visi Misi Walikota Pekalongan . .4.1.5 Struktur Organisasi . .4.1.6 Gambaran Umum Responden . . .4.2 Analisis Data . 4.2.1 Analisis Kualitatif . .4.2.2 Uji Instrumen . .4.2.3 Uji Asumsi Klasik . 4.2.4 Uji Hipotesis . .4.2.5 Koefisien Determinasi . . .4.2.6 Mendeteksi Pengaruh Mediasi . .4.3 Pembahasan . . . .BAB VPENUTUP . .5.1 Kesimpulan .5.2 Keterbatasan Penelitian . . .5.3 Saran . . . .DAFTAR PUSTAKA .LAMPIRAN . xi56565859616367717177808791929496969798100103

DAFTAR TABELTabel 2.1Tabel 2.2Tabel 3.1Tabel 3.2Tabel 4.1Tabel 4.2Tabel 4.3Tabel 4.4Tabel 4.5Tabel 4.6Tabel 4.7Tabel 4.8Tabel 4.9Tabel 4.10Tabel 4.11Tabel 4.12Tabel 4.13Tabel 4.14Tabel 4.15HalamanTujuh Elemen Birokrasi 30Penelitian Terdahulu . 31Jumlah Pegawai Sekretariat Daerah Pemkot Pekalongan . 44Jumlah Pegawai yang Dijadikan Sampel . 45Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . . 67Responden Berdasarkan Pendidikan . . 68Responden Berdasarkan Usia . 69Responden Berdasarkan Masa Kerja . . . 70Tanggapan Responden tentang Kepemimpinan. 73Tanggapan Responden tentang Budaya Organisasi. . 74Tanggapan Responden tentang Kinerja Pegawai. . 76Hasil Uji Validitas . . 78Hasil Uji Reliabilitas . . 80Hasil Uji Multikolinearitas . 85Hasil Uji Glejser . . 86Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama . 88Pengujian Hipotesis Kedua dan Ketiga 89Koefisien Determinasi Kepemimpinan Transformasionalterhadap Budaya Organisasi . 91Koefisien Determinasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasiterhadap Kinerja Pegawai . . 92xii

DAFTAR GAMBARGambar 2.1Gambar 3.1Gambar 4.1Gambar 4.2Gambar 4.3Gambar 4.4Gambar 4.5Gambar 4.6Gambar 4.7HalamanKerangka Pemikiran Teoritis . 39Path Analysis Kepemimpinan Transformasional Ke KinerjaMelalui Budaya Organisasi . . 55Lambang Kota Pekalongan . 59Struktur Organisasi Sekda Pemkot Pekalongan . 64Grafik Kurva Histogram Kepemimpinan Transformasionalterhadap Budaya Organisasi 81Grafik Kurva Histogram Kepemimpinan Transformasionaldan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai . 82Grafik Normal P-Plot Kepemimpinan Transformasionalterhadap Budaya Organisasi . 83Grafik Normal P-Plot Kepemimpinan Transformasional danBudaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai . . 84Analisis Intervening Kepemimpinan Transformasionalterhadap Kinerja Melalui Budaya Organisasi . 93xiii

DAFTAR LAMPIRANLAMPIRAN 1:LAMPIRAN 2:LAMPIRAN 3:LAMPIRAN 4:LAMPIRAN 5:LAMPIRAN 6:LAMPIRAN 7:LAMPIRAN 8:HalamanKuesioner Kepemimpinan Transformasional danBudaya Organisasi . 103Kuesioner Kinerja Pegawai . 112Hasil Kuesioner . 117Hasil Validitas dan Reliabilitas .125Hasil Uji Normalitas dan Heterokedastisitas 131Hasil Regresi . 134Surat Izin Penelitian 139Surat Rekomendasi Research/Survey dari BAPPEDAKota Pekalongan 142xiv

1BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahPengelolaan negara tidak lepas dari peran birokrasi sebagai penggerakutama berjalannya roda pemerintahan. Peran birokrasi selain melakukanpengelolaan pelayanan, juga bertugas menerjemahkan berbagai keputusanpolitik ke dalam berbagai kebijakan publik dan berfungsi melakukanpengelolaan atas pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara operasionalmelalui berbagai program dan kegiatan yang sesuai dengan kemampuanpemerintah dan kebutuhan masyarakat.Dalam pandangan masyarakat Indonesia pada umumnya, birokrasiyang ada selama ini belum mampu memenuhi harapan sebagian besarmasyarakat. Birokrasi tidak berjalan secara efisien, lambat dan tidak efektif.Bicara mengenai penyelenggaraan birokrasi sektor publik di Indonesia tidakterlepas dari banyaknya pandangan miris masyarakat akan pelayanan yangditerimanya. Buruknya pelayanan birokrasi di Indonesia sudah seringkalidirasakan masyarakat sendiri ketika datang ke sektor-sektor publik milikpemerintah. Banyak hal menyimpang yang dirasakan mulai dari pelayananyang kurang sepenuh hati, terkesan berbelit-belit, lamban, dan sebagainya.Gambaran ini dikarenakan pegawai terjebak dalam kekuasan birokrasi,tidak memiliki inisiatif, menunggu perintah dari atasan, kreativitasnya hilang,

2kurang energi, kurang produktif, dan akhirnya kurang layanan padamasyarakat.Dewasa ini, setiap Negara berlomba-lomba untuk meningkatkankualitas, efesiensi dan ketanggapan pelayanan publik. Indonesia punseharusnya sudah harus mulai melakukan pembenahan diri di sektor publik inijika tidak ingin tertinggal dengan Negara-negara lain. Pembenahan akanpelayanan publik dapat dimulai dari pemerintah pusat kemudian diikuti olehpemerintah daerah kabupaten dan kota.Ini dimulai dengan civil service reform. Civil service reformdilaksanakan secara berkesinambungan dan jangka panjang dan lebihmenekankan pada perubahan mindset dari mindset biroktratik menuju rukturalatausolusiteknokratik. Usaha membangun sektor publik yang efektif tidak mungkin akanberhasil jika tidak mampu keluar dari belenggu seterotipe rnyasudahdidengungkan sejak lama di Amerika Serikat, mulai tahun 70-an yang sangatfenomenal dengan gerakan reduksi red tape (istilah untuk peraturan yangberlebihan). Gerakan terus berlanjut, pada tahun 80-an meluas ke ofitsector,dandicangkokkannya teknik-teknik yang diajarkan di sekolah bisnis ke dalamsektor publik yang kemudian dikenal sebagai New Public Management. Padatahun 90-an kemudian muncul wacana tentang Pemerintah Wirausaha(reinventing government) oleh Osborne dan Ted Gaebler.

3Pandangan wirausaha sekarang tampaknya lebih maju dan memasukisektor pemerintahan. Pemerintah mulai menginginkan pengelolaan asetNegara secara wirausaha. Para pejabat dengan segala aparatnya harusbertindak sebagai wirausaha, memperhatikan aspek-aspek ekonomis, untungrugi dalam menjalankan dan mengelola aset Negara. Jadi istilah wirausahainipun berlaku pula di dalam jajaran pemerintahan.Menurut Alma (2009), Pemerintah dengan seluruh jajarannya harusmerubah orientasinya terhadap masyarakat. Pemerintah harus mengarahkanketimbang mengayuh, harus menyuntikkan persaingan ke dalam pemberianlayanan. Pemerintah harus membiayai hasil bukan masukan, harus berorientasipelanggan bukan birokrasi. Pemerintah harus menghasilkan ketimbangmembelanjakan melulu. Pemerintah harus mencegah daripada mengobati.Pemerintah harus berorientasi pasar dan mendongkrak perubahan melaluipasar. Rakyat harus memperoleh kepuasan dari segala sektor pelayananpemerintah. Jika rakyat puas maka rakyat tidak segan membayar pajak,retribusi, kontribusi, dan sebagainya untuk kepentingan pemerintahannya.Robert Behn (dalam Muhammad 2008) mengidentifikasikan ada tigapertanyaan besar yang harus dijawab oleh para sarjana administrasi publikberkaitan dengan energizing bureaucracy. Pertama, bagaimana para manajerpublik dapat memotivasi pegawai negeri sipil dan juga warganegara untukmelaksanakan proses publik dengan kecerdasan dan energi; Kedua, bagaimanamendapatkan orang yang tepat dalam pekerjaan, memberdayakan mereka agarbekerja secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Ketiga, bagaimana

4menghargai mereka atas kinerjanya yang baik. Jawaban atas tiga pertanyaanini sebenarnya mewujud ke dalam energizing bureaucracy.Ada tiga komponen utama yang berperan dalam kerangka penerapansistem birokrasi pemerintah yaitu: pertama adalah aturan main (kontitusi,hukum, dan etika), kedua adalah lembaga-lembaga yang berwenangmelaksanakan aturan main, ketiga adalah pelaku (pegawai pemerintahtermasuk pimpinan pemerintah), (Kaspinor dalam Suparman, 2007). Aturanmain diperlukan untuk menjamin kelangsungan proses dan pengambilankeputusan yang harus ditaati semua pihak. Aturan main akan danpemberianperlindungan termasuk pemberian sanksi kepada pihak-pihak yang dirujukoleh aturan main tersebut. Konstitusi termasuk undang-undang didalamnyamerupakan atuaran main yang menjadi rujukan pemerintah dan warga negaradalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal initermasuk adalah pengaturan tentang tugas dan wewenang struktur birokrasipemerintah daerah.Efektivitas birokrasi pemerintah yang menekankan pada elemen fungsiketiga elemen aturan main, kelembagaan, dan personal (pegawai) dalampenerapannya akan sangat ditentukan oleh personal (pegawai) sebagaioperatornya.Dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunankedudukan dan peranan pegawai negeri sangatlah penting. Hal ini disebabkankarena pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara yang melaksanakan

5pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional.Tangkilisan (dalam Sinaga, 2009) menyatakan bahwa unsur manusiamerupakan unsur penting, karena manusia selalau berperan aktif dan dominandalam setiap organisasi. Manusia adalah perencana, pelaku sekaligus penentuterwujudnya tujuan organisasi. Dengan demikian pegawai negeri dituntutuntuk memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnyauntuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan secara efektif dan efisien.Menurut Weber (dalam Mas’ud, 2008), birokrasi adalah adalahpelaksanaan pengendalian berdasarkan pengetahuan rasional (sain rasional).Jadi dalam birokrasi pengaturan organisasi berdasarkan pengetahuan rasional,keahlian atau pengalaman, dan bukan berdasarkan nepotisme, hubungankeluarga, personalitas, dan favoritisme. Tujuan utama birokrasi adalah untukmencapai tujuan organisasi dengan cara yang paling efisien.Persolannya kemudian adalah bagaimana pegawai yang ditempatkandalam struktur birokrasi tersebut dapat menjalankan fungsinya. Sehinggadalam kerangka proses pencapaian tujuan organisasi, kinerja pegawaimerupakan faktor yang penting. Sebab kinerja merupakan ukuran sejauh manakemampuan pegawai untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai denganapa yang diberikan oleh organisasinya.Menyadari pentingnya peranan pegawai negeri tersebut pemerintahtelah banyak melakukan kegiatan untuk memberdayakan pegawai negerisehingga memiliki kemampuan dan kinerja yang optimal dalam upaya

6pencapaian tujuan nasional. Hal ini juga jelaskan dalam Undang-UndangNomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian yang rgantungtugaspadakesempurnaan aparatur negara khususnya pegawai negeri.Praktisi dan pakar organisasional meyakini salah satu faktor yangmempengaruhi kinerja adalah budaya organisasi. Robbins (2003) menyatakanbahwa pengaruh sosialisasi pada kinerja karyawan seharusnya tidakdilewatkan. Kinerja bergantung pada pengetahuan akan apa yang hatus atautidak harus ia kerjakan. Memahami cara yang benar untuk melakukan suatupekerjaan menunjukkan sosialisasi yang benar, selain itu penilaian terhadapkinerja seorang karyawan mencakup pula seberapa cocoknya di dalam suatuorganisasi.Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dannilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilakuanggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulankompetitif yang utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategiorganisasi, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasitantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.Budaya organisasi mampu menjadi faktor kunci keberhasilanorganisasi, tetapi dapat pula menjadi faktor utama kegagalan organisasi.Budaya ini berbeda-beda tiap organisasi, ada organisasi yang memilki budayayang kuat dan ada organisasi yang memiliki budaya yang lemah.

7Namun sayangnya, budaya yang ada dalam penyelenggaraan sektorpublik sadar atau tidak selama ini tampak begitu banyak pegawai yang tidakbekerja sepenuhnya, ada pengangguran tidak terlihat, ada yang kurangbertanggung jawab, kurang disiplin, kurang terampil, terjebak dan tertekandalam komando birokrasi, tidak memiliki inisiatif, menunggu perintah dariatas, kreativitas terhalang, kurang energik, kurang produktif, dan akhirnyakurang layanan pada masyarakat (Alma, 2009).Selain itu, faktor lain yang sangat umum dan hampir selalu dikajidalam penilaian kinerja ini adalah faktor peran kepemimpinan. Sebab sebagaifaktor yang mengarahkan organisasi dan juga pemberian contoh perilakuterhadap para pengikut (pegawai) peran kepemimpinan sangat menentukankemajuan dan kemunduran organisasi (Mas’ud, 2004).Peran kepemimpinan tidak hanya tentang arah suatu organisasi yangkuat di mana permasalahan dan solusi banyak diketahui, tetapi perankepemimpinan mengambil bagian dalam suatu konteks perubahan dalamperubahan yang terus menerus dan tidak menentu tersebut.Peran kepemimpinan transformasional dianggap paling cocok darisekian banyak model kepemimpinan yang ada. Konsep kepemimpinantransformasional pertamakali dikemukakan oleh James McGregor Burns padatahun 1978, dan selanjutnya dikembangkan oleh Bernard Bass dan para pakarperilaku organisasi lainnya. Bass (1985) mendefinisikan kepemimpinantransformasional sebagai kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk

8mempengaruhi anak buahnya, sehingga mereka akan percaya, meneladani,dan ngistilahkankepemimpinan transformasional sebagai “Fours I’s”, yang nce),motivasiinspiratif(inspirational motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), danpertimbangan individual (individualized consideration)”.Implementasi kepemimpinan transformasional ini bukan hanya tepatdilakukan di lingkungan birokrasi, tetapi juga di berbagai organisasi yangmemiliki banyak tenaga potensial dan berpendidikan. Secara organisasional,Leithwood dan Jantzi (dalam Anwaruddin, 2008) menulis bahwa penerapanmodel kepemimpinan ini sangat bermanfaat untuk: (1)membangun budayakerjasama dan profesionalitas di antara para pegawai, (2)memotivasi pimpinanuntuk mengembangkan diri, dan (3)membantu pimpinan memecahkanmasalah secara efektif.Budaya kerjasama dan profesionalitas dapat dibangun karenapemimpin transformasional akan memfasilitasi pegawainya untuk berdialog,berdiskusi, dan merencanakan pekerjaan bersama. Kerjasama yang terbentukdari kegiatan ini akan memudahkan mereka untuk saling mengingatkan dalammelaksanakan tugas dan pekerjaan.Kepemimpinan transformasional selalu mulai dengan visi yangmerefleksikan tujuan bersama, dan dijelaskan kepada seluruh pegawai secarajelas dan sederhana, selalu berusaha untuk meningkatkan kesadaran pegawai

9terhadap nilai dan pentingnya tugas dan pekerjaan mereka bagi organisasi,berorientasi pada pencapaian visi dengan cara menjaga dan memeliharakomitmen yang telah dibangun bersama, berani melakukan dan meresponperubahan apabila diperlukan, dan menjelaskan kepada seluruh pegawaitentang manfaat perubahan yang dilakukan, dan mengembangkan diri secaraterus-menerus melalui berbagai media pembelajaran untuk meningkatkankompetensi kepemimpinannya.Selain itu juga kepemimpinan model ini memfasilitasi kebutuhanpembelajaran pegawai secara efektif, dan mengembangkan potensi merekaseoptimal mungkin. Membagi kewenangan dengan cara memberdayakanpegawai berdasarkan kepercayaan, dengan mempertimbangkan kemampuandan kemauan mereka, membimbing dan mengembangkan kreativitas pegawaidan membantu mereka dalam memecahkan masalah-masalah strategis secaraefektif, serta membangun budaya organisasi yang dapat meningkatkanperforma organisasinya melalui peningkatan kinerja pegawai dan sebagainya.Banyak penelitian yang telah dilakukan mencatat bahwa perilakupemimpin transformasional juga berpengaruh secara signifikan terhadapbudaya organisasi. Menurut Bass dan Avolio (1993), budaya organisasiseringkali merupakanhasil kreasi parapendirinya. Secara khusus,kepemimpinan yang diterapkan para pendiri organisasi dan para penerusmereka membantu pembentukan budaya yang berkenaan dengan nilai-nilaidan asumsi-asumsi bersama yang dipandu oleh kepercayaan pribadi parapendiri dan pemimpin organisasi.

10Menurut Ogbonna and Lloyd C. Harris (2000) budaya organisasi jugadapat memediasi peran kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. SementaraSarros et al (2005) membuktikan paling tidak ada hubungan yang jelasdiantara segi-segi dari kepemimpinan itu dengan budaya kpenelitianpemerintahan kota Pekalongan pada kepemimpinan dr. H. Mohammad BasyirAhmad yang telah menjabat dua periode sebagai walikota pekalongan. Secaraumum, Basyir Ahmad melakukan beberapa upaya yang merupakan dasarpenggolongan kepemimpinan transformasional, seperti: Pertama, adanyakesamaan yang paling utama, yaitu jalannya organisasi yang tidak digerakkanoleh birokrasi, tetapi oleh kesadaran bersama. Dalam pemerintahan wirausaha,organisasi pemerintahan bukan lagi dijalankan oleh birorkrasi yang kaku danberbelit-beli, tetapi lebih cenderung dijalankan oleh visi dan tujuan bersama,karena tidaklah cukup seorang pemimpin mempunyai suatu perubahan, iaharus membuat pemimpin masyarakat yang lain mendukung (dan turut sertadalam visi tersebut) (Osborne dan Ted Gaebler, 1996). Para pemimpinwirausaha mengarahkan masyarakat pada visi mereka ketimbang menerimakesepakatan bersama yang nilainya lebih kecil. Cara ini tidak menghilangkankonflik, hanya memastikan bahwa ada cukup dukungan visi masyarakatterhadap visi pemimpin untuk mengatasi oposisi.Kedua, para pelaku mengutamakan kepentingan organisasi bukankepentingan pribadi. Jelas dalam pemerintahan yang dijunjung tinggi adalahkepentingan organisasi dan masyarakat yang dipimpinnya. Ketiga, adanya

11partisipasi aktif dari pengikut atau orang yang dipimpin. Karena pemerintahwirausaha membutuhkan partisipiasi aktif dari pegawai yang ada dalamlingkungan organisasi pemerintahan atau masyarakat yang dipimpinnnya.Oleh sebab itu, tidak heran selama dua periode kepemimpinannyasebagai walikota pekalongan, kota pekalongan beberapa kali mendapatkanpenghargaan baik itu dari dalam maupun dari luar negeri salah satuinya yangterbaru adalah penghargaan Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) 2010 dariKementerian Dalam Negeri bidang penataan pemukiman kumuh. Penghargaanini diberikan atas terobosan pembaruan dan keberhasilan meningkatkanpelayanan perkotaan. Banyak juga inovasi-inovasi yang sudah dicapai oleh dr.H. Mohammad Basyir Ahmad selama menjabat sebagai walikota untukmewujudkan pelayanan prima bagi masyarakat antara lain: PembangunanRSUD Bendan Tahun 2008, Pendirian Museum Batik Tahun 2007 yangMendapat Penghargaan UNESCO, Pengalokasian Anggaran Pendidikan 20%,Bebas Rumah Kumuh 5.068 unit Tahun 2008, Bebas Kawasan Kumuh Tahun2010, Penerapan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), Layanan KeluhanMasyarakat Lewat S

performance, and transformational leadership has a positive and significant effect on the employee performance. Based on path analysis, leadership can directly affect the performance of employees or indirectly through organizational culture as an intervening. Keywords: Transformational Leadership, Organizational Culture, Employee Performance.